5 Langkah Menetapkan Tujuan Keuangan



1. Berikan Goal Spesifik

Salah satu alasan orang gagal mencapai tujuannya adalah 

karena mereka menetapkan tujuan yang terlalu kabur dan 

kurang jelas. 

Sebelum membaca ini, mungkin kalau ditanya tentang “apa 

financial goal kita?” kita mungkin berkata, “Saya ingin menjadi 

lebih baik dalam hal uang.” Tapi apa sebenarnya arti hal itu 

bagi kita? Lebih baik dari hal apa? Lebih baik dari siapa? Apa 

definisi ‘lebih baik’ itu? Persempit!

Kita perlu memberikan tujuan yang lebih spesifik tentang 

keuangan kita dari berbagai segi. Tujuan ‘ingin lebih baik 

dalam hal keuangan’ itu terlalu luas cakupannya.

Misal untuk saat ini goal terdekat kita adalah melunasi hutang. 

Maka itu adalah area yang spesifik dari uang kita yang perlu 

kita fokuskan. Sekarang, mari kita bahas tentang cara untuk 

lebih menguraikan tujuan ini.

2. Jadikan Tujuan Kita Bisa Terukur

Oke, sekarang tujuan kita pengen melunasi hutang. Berarti 

sekarang saatnya kita bisa memilih jumlah yang tepat—

sesuatu yang bisa kita ukur untuk mengetahui apakah kita 

bisa mencapai tujuan atau tidak.

Meskipun kalau iya benar-benar bebas utang harus menjadi 

tujuan akhir kita, kita mungkin melihat goal ini masih belum 

bisa digapai. Kita masih belum tahu caranya. Apalagi jika 

nominal hutang yang kita punya ada besar. Misal juga goalkeuangan kita adalah punya tabungan sebanyak 100 juta, 

mungkin sekarang itu kerasa gede banget. Kita juga bingung 

mesti mulai dari mana untuk akhirnya bisa mencapai tujuan 

tersebut. Maka dari itu, ada baiknya kita membagi tujuan 

tersebut menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Dengan 

begitu, kita tidak akan merasa terlalu kalah bahkan sebelum 

memulai. 

Pernah mendengar istilah ‘sedikit-sedikit lama-lama jadi 

bukit’ kan saat kita masih kecil dan masih disuruh belajar 

menabung dair celengan?

Percaya gak sih, istilah ini sebenarnya masih sangat berlaku 

hingga kita dewasa. Istilah ini timeless banget, sampai 

kapanpun juga masih relate sama semua orang.

Oke, goal keuangan kita sebesar 100 juta. Kemudian gaji 

kita anggap sebulan sebesar 5 juta rupiah. Maka, kita gak 

perlu langsung nabung banyak dulu. Kita bisa mulai dengan 

nabung sebesar 1 juta rupiah per bulan terlebih dahulu. Kalau 

masih berat, kita bisa coba dengan bottom nominal sebesar 

500 ribu rupiah terlebih dahulu. Pokoknya, berapapun yang 

mau kita tabung, harus minimal 500 ribu dulu deh. Lamalama, gak sadar kita bisa punya tabungan, dan meskipun 

belum sampai di angka 100 juta, kita udah bisa merasa kalau 

uang kita bertambah, dan meski itu baru terkumpul 3 juta, 5 

juta, 10 juta, kita akan merasakan progressnya.

Menuju ke target 100 juta pun akhirnya bukan jadi hal yang 

sulit, karena kita sudah bisa mengukur seberapa banyak kita 

bisa menyisihkan uang dan bagaimana hasilnya di keuangan kita 

3.Berikan deadline untuk  financial goal kita

Sadar gak sih, kunci dari semua tips finansial ini adalah satu: 

konsisten.

Sebenarnya, mau kita punya uang banyak, mau kita punya 

keinginan sekuat apapun buat menabung, mau kita punya 

waktu, tenaga dan pikiran, mau kita punya keinginan yang 

sedikit untuk membeli barang-barang yang gak penting untuk 

jadi gak boros, goal kita tetap tidak akan terjadi jika kita 

tidak konsisten menjalaninya. Begini masalahnya: Sangat 

menggoda untuk menunda-nunda tujuan kita jika tujuan 

tersebut tidak sensitif terhadap waktu. Ada satu quote yang 

bagus dari seorang penulis bernama Benny Lewis yang 

berkata, “Ada tujuh hari dalam seminggu, dan ‘suatu hari 

nanti’ bukanlah salah satunya.” Berhentilah mengatakannya 

suatu hari nanti. kita perlu memberi diri Anda tenggat waktu 

dan membuatnya masuk akal—tetapi juga sedikit menantang.

Misalkan dengan tujuan kita pengen punya tabungan 100 

juta pertama tadi, kira-kira berapa lama kita bisa berhasil 

mengumpulkannya?

Anggap saja kita menaruh waktu sekitar 24 bulan untuk kita 

bisa menabung dan mencapai uang 100 juta dalam tabungan 

tersebut.

Nah masalahnya, kalau dengan penghitungan menabung 1 

juta per bulan di poin sebelumnya, gimana caranya kita bisa 

mencapai 100 juta dalam waktu 24 bulan? Kita bahas nanti.

Pokoknya, setiap kita mempunyai financial goal, entah itu 

mau beli sesuatu atau bayar sesuatu, atau sekadar pengen 

punya nominal tertentu di tabungan, kasih batas waktu buat 

kita bisa mencapai itu, supaya kita sadar bahwa ini adalah pr yang memang harus, mau tidak mau, jadi kewajiban 

untuk dikerjakan. Ini jadi tugas ke diri kita sendiri untuk 

tetap konsisten.

Kalau kita cuma bilang “nanti kalau gue udah kaya”, ya kapan 

kaya benerannya? Coba kalau kita ngomong itu beneran 

direncanakan dan beneran dikasih deadline buat diri kita 

sendiri, buat tahu kapan bisa mencapainya. Sehingga, katakata tak jadi hanya sekadar kata-kata belaka. Ini saatnya 

kita mewujudkan impian kita.

4. Kenali Batasan Kita, Jangan Gampang 
Kemakan Gaya Hidup Orang Lain

Jaman sekarang, kayaknya akan gampang banget buat kita 

bisa dbikin standarisasi dari apa yang bertebaran di internet. 

Sikap FOMO juga jadi muncul secara natural karena diri kita 

juga terus-terusan mengonsumsi hal-hal seperti itu di media 

sosial.

Lihat selebgram favorit kita pakai tas branded baru, jadi 

pengen beli tas baru juga. Lihat selebgram kita beli mobil 

baru juga, bikin kita jadi pengen beli mobil juga. Padahal, 

goal kita sebenarnya bukan itu. Tapi karena kita melihat apa 

yang menurut kita bagus di media sosial, dan sementara kita 

gak bisa mengelola mental kita untuk bisa baik-baik saja 

melihat itu semua, jadi berakibat mendistraksi tujuan awal 

kita.

Hal-hal kayak gini jadi salah satu faktor juga yang bikin duit 

yang seharusnya gak kepake, malah jadi kepake. Apa yang 

tadinya buat tujuan awal kita, jadi keganggu. Flow keuangan 

akhirnya jadi berantakan.

Apa yang bisa kita lakukan adalah mengontrol hal-hal yanga 

da di dalam kendali kita. Mengendalikan diri untuk tidakkepengen membeli apa yang orang lain beli, as long as itu 

bakal ngeganggu flow keuangan, sangat worth it untuk 

dilakukan. Coba ganti pola pikirnya dengan, “kalo gue ga beli 

itu, emang kenapa sih?” kayak.. Kan gak semua yang orang 

lain pake, kita harus pake juga.

Kadang hidup memang tentang menuruti gengsi, tapi kalau 

kita udah punya fianncial goal yang tegas, gengsi bukan lagi 

jadi pilihan. Kita udah gak boleh lagi masukin gengsi jadi 

salah satu pengeluaran kita. Namun, kita kan juga punya 

keinginan-keinginan tertentu, dan apabila kita bisa mengelola 

uang dan tetap bisa menabung, dan di satu sisi tetap bisa 

memenuhi gengsi, ya gak apa apa juga. Tujuannya cuma 

satu, selama itu gak ngerusak flow finansial kita aja.

Mari kita bicara tentang perbandingan sejenak. Sangat mudah 

untuk melihat-lihat apa yang dilakukan orang lain dan merasa 

bahwa kita juga harus melakukannya. Mau tetangga kita beli 

mobil baru kek, mau temen kita liburan ke luar negeri kek, 

yaaa, it’s good for them. Baguslah, ikut seneng kan.

Tapi bukan berarti kita perlu melakukan hal yang sama. 

Saat kita membandingkan diri kita dengan orang lain, kita 

sedang memainkan permainan yang tidak akan pernah kita 

menangkan. 

Jadi, pastikan kita menetapkan tujuan 

finansial yang masuk akal bagi kita. 

Dengan kata lain, hanya karena semua teman kita 

mengambil rumah, bukan berarti kita juga harus 

melakukannya sekarang. Semua orang punya timelinenya masing-masing. 

5. Tuliskan tujuan financial kita

Kemungkinannya akan jauh lebih besar jika kita menuliskan 

apa yang jadi tujuan finansial kita.

Apa yang sekadar dibicarakan, sama dibicarakan + dituliskan 

itu rasanya akan berbeda. Kalau kita ngomongin apa yang 

kita inginkan berkali-kali, memang mungkin akan menempel 

di ingatan, tapi kalau kita menuliskannya, kita akan lebih 

merasa bertanggung jawab dengan apa yang jadi tujuan 

kita. Tuliskan apa yang jadi keinginan kita di atas kertas 

dengan pena, seperti kita menuliskan buku harian kita, 

selayaknya kita mencatat tugas waktu sekolah, selayaknya 

kita melakukan sesi journaling.

Perbedaannya akan terasa berbeda jika menuliskan apa yang 

kita inginkan dengan mengetik di smartphone atau laptop, 

dengan menuliskannya langsung di atas kertas. Mimpi kita 

akan terasa lebih nyata, dan akan lebih kebayang. Kita bisa 

lebih berkomitmen juga dengan apa yang kita tuliskan.

Setelah kita menuliskan tujuan kita di atas kertas, kemudian, 

buat tulisan itu bisa dilihat dimana saja. Kita bisa tempelkan 

di mobil, di meja kerja kita, atau di cermin kamar mandi kita, 

di sisi manapun di rumah kita. 

Kita juga bisa mengetik di notes smartphone kita dan 

menaruhnya sebagai wallpaper, yang intinya adalah setiap 

kita melihat tempat atau hal-hal yang sering kita datangi, 

goal tersebut akan selalu ada di depan kita.

Kalau kita sedikit lupa, kita bisa ‘diingatkan’ lagi oleh goal 

yang kita bikin sendiri. Mempertahankan tujuan kita di tempat 

yang dapat kita lihat akan membuat kita tetap pada jalur dan 

termotivasi.





Artikel Terkait