1. Berikan Goal Spesifik
Salah satu alasan orang gagal mencapai tujuannya adalah
karena mereka menetapkan tujuan yang terlalu kabur dan
kurang jelas.
Sebelum membaca ini, mungkin kalau ditanya tentang “apa
financial goal kita?” kita mungkin berkata, “Saya ingin menjadi
lebih baik dalam hal uang.” Tapi apa sebenarnya arti hal itu
bagi kita? Lebih baik dari hal apa? Lebih baik dari siapa? Apa
definisi ‘lebih baik’ itu? Persempit!
Kita perlu memberikan tujuan yang lebih spesifik tentang
keuangan kita dari berbagai segi. Tujuan ‘ingin lebih baik
dalam hal keuangan’ itu terlalu luas cakupannya.
Misal untuk saat ini goal terdekat kita adalah melunasi hutang.
Maka itu adalah area yang spesifik dari uang kita yang perlu
kita fokuskan. Sekarang, mari kita bahas tentang cara untuk
lebih menguraikan tujuan ini.
2. Jadikan Tujuan Kita Bisa Terukur
Oke, sekarang tujuan kita pengen melunasi hutang. Berarti
sekarang saatnya kita bisa memilih jumlah yang tepat—
sesuatu yang bisa kita ukur untuk mengetahui apakah kita
bisa mencapai tujuan atau tidak.
Meskipun kalau iya benar-benar bebas utang harus menjadi
tujuan akhir kita, kita mungkin melihat goal ini masih belum
bisa digapai. Kita masih belum tahu caranya. Apalagi jika
nominal hutang yang kita punya ada besar. Misal juga goalkeuangan kita adalah punya tabungan sebanyak 100 juta,
mungkin sekarang itu kerasa gede banget. Kita juga bingung
mesti mulai dari mana untuk akhirnya bisa mencapai tujuan
tersebut. Maka dari itu, ada baiknya kita membagi tujuan
tersebut menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Dengan
begitu, kita tidak akan merasa terlalu kalah bahkan sebelum
memulai.
Pernah mendengar istilah ‘sedikit-sedikit lama-lama jadi
bukit’ kan saat kita masih kecil dan masih disuruh belajar
menabung dair celengan?
Percaya gak sih, istilah ini sebenarnya masih sangat berlaku
hingga kita dewasa. Istilah ini timeless banget, sampai
kapanpun juga masih relate sama semua orang.
Oke, goal keuangan kita sebesar 100 juta. Kemudian gaji
kita anggap sebulan sebesar 5 juta rupiah. Maka, kita gak
perlu langsung nabung banyak dulu. Kita bisa mulai dengan
nabung sebesar 1 juta rupiah per bulan terlebih dahulu. Kalau
masih berat, kita bisa coba dengan bottom nominal sebesar
500 ribu rupiah terlebih dahulu. Pokoknya, berapapun yang
mau kita tabung, harus minimal 500 ribu dulu deh. Lamalama, gak sadar kita bisa punya tabungan, dan meskipun
belum sampai di angka 100 juta, kita udah bisa merasa kalau
uang kita bertambah, dan meski itu baru terkumpul 3 juta, 5
juta, 10 juta, kita akan merasakan progressnya.
Menuju ke target 100 juta pun akhirnya bukan jadi hal yang
sulit, karena kita sudah bisa mengukur seberapa banyak kita
bisa menyisihkan uang dan bagaimana hasilnya di keuangan kita
3.Berikan deadline untuk financial goal kita
Sadar gak sih, kunci dari semua tips finansial ini adalah satu:
konsisten.
Sebenarnya, mau kita punya uang banyak, mau kita punya
keinginan sekuat apapun buat menabung, mau kita punya
waktu, tenaga dan pikiran, mau kita punya keinginan yang
sedikit untuk membeli barang-barang yang gak penting untuk
jadi gak boros, goal kita tetap tidak akan terjadi jika kita
tidak konsisten menjalaninya. Begini masalahnya: Sangat
menggoda untuk menunda-nunda tujuan kita jika tujuan
tersebut tidak sensitif terhadap waktu. Ada satu quote yang
bagus dari seorang penulis bernama Benny Lewis yang
berkata, “Ada tujuh hari dalam seminggu, dan ‘suatu hari
nanti’ bukanlah salah satunya.” Berhentilah mengatakannya
suatu hari nanti. kita perlu memberi diri Anda tenggat waktu
dan membuatnya masuk akal—tetapi juga sedikit menantang.
Misalkan dengan tujuan kita pengen punya tabungan 100
juta pertama tadi, kira-kira berapa lama kita bisa berhasil
mengumpulkannya?
Anggap saja kita menaruh waktu sekitar 24 bulan untuk kita
bisa menabung dan mencapai uang 100 juta dalam tabungan
tersebut.
Nah masalahnya, kalau dengan penghitungan menabung 1
juta per bulan di poin sebelumnya, gimana caranya kita bisa
mencapai 100 juta dalam waktu 24 bulan? Kita bahas nanti.
Pokoknya, setiap kita mempunyai financial goal, entah itu
mau beli sesuatu atau bayar sesuatu, atau sekadar pengen
punya nominal tertentu di tabungan, kasih batas waktu buat
kita bisa mencapai itu, supaya kita sadar bahwa ini adalah pr yang memang harus, mau tidak mau, jadi kewajiban
untuk dikerjakan. Ini jadi tugas ke diri kita sendiri untuk
tetap konsisten.
Kalau kita cuma bilang “nanti kalau gue udah kaya”, ya kapan
kaya benerannya? Coba kalau kita ngomong itu beneran
direncanakan dan beneran dikasih deadline buat diri kita
sendiri, buat tahu kapan bisa mencapainya. Sehingga, katakata tak jadi hanya sekadar kata-kata belaka. Ini saatnya
kita mewujudkan impian kita.
4. Kenali Batasan Kita, Jangan Gampang
Kemakan Gaya Hidup Orang Lain
Jaman sekarang, kayaknya akan gampang banget buat kita
bisa dbikin standarisasi dari apa yang bertebaran di internet.
Sikap FOMO juga jadi muncul secara natural karena diri kita
juga terus-terusan mengonsumsi hal-hal seperti itu di media
sosial.
Lihat selebgram favorit kita pakai tas branded baru, jadi
pengen beli tas baru juga. Lihat selebgram kita beli mobil
baru juga, bikin kita jadi pengen beli mobil juga. Padahal,
goal kita sebenarnya bukan itu. Tapi karena kita melihat apa
yang menurut kita bagus di media sosial, dan sementara kita
gak bisa mengelola mental kita untuk bisa baik-baik saja
melihat itu semua, jadi berakibat mendistraksi tujuan awal
kita.
Hal-hal kayak gini jadi salah satu faktor juga yang bikin duit
yang seharusnya gak kepake, malah jadi kepake. Apa yang
tadinya buat tujuan awal kita, jadi keganggu. Flow keuangan
akhirnya jadi berantakan.
Apa yang bisa kita lakukan adalah mengontrol hal-hal yanga
da di dalam kendali kita. Mengendalikan diri untuk tidakkepengen membeli apa yang orang lain beli, as long as itu
bakal ngeganggu flow keuangan, sangat worth it untuk
dilakukan. Coba ganti pola pikirnya dengan, “kalo gue ga beli
itu, emang kenapa sih?” kayak.. Kan gak semua yang orang
lain pake, kita harus pake juga.
Kadang hidup memang tentang menuruti gengsi, tapi kalau
kita udah punya fianncial goal yang tegas, gengsi bukan lagi
jadi pilihan. Kita udah gak boleh lagi masukin gengsi jadi
salah satu pengeluaran kita. Namun, kita kan juga punya
keinginan-keinginan tertentu, dan apabila kita bisa mengelola
uang dan tetap bisa menabung, dan di satu sisi tetap bisa
memenuhi gengsi, ya gak apa apa juga. Tujuannya cuma
satu, selama itu gak ngerusak flow finansial kita aja.
Mari kita bicara tentang perbandingan sejenak. Sangat mudah
untuk melihat-lihat apa yang dilakukan orang lain dan merasa
bahwa kita juga harus melakukannya. Mau tetangga kita beli
mobil baru kek, mau temen kita liburan ke luar negeri kek,
yaaa, it’s good for them. Baguslah, ikut seneng kan.
Tapi bukan berarti kita perlu melakukan hal yang sama.
Saat kita membandingkan diri kita dengan orang lain, kita
sedang memainkan permainan yang tidak akan pernah kita
menangkan.
Jadi, pastikan kita menetapkan tujuan
finansial yang masuk akal bagi kita.
Dengan kata lain, hanya karena semua teman kita
mengambil rumah, bukan berarti kita juga harus
melakukannya sekarang. Semua orang punya timelinenya masing-masing.
5. Tuliskan tujuan financial kita
Kemungkinannya akan jauh lebih besar jika kita menuliskan
apa yang jadi tujuan finansial kita.
Apa yang sekadar dibicarakan, sama dibicarakan + dituliskan
itu rasanya akan berbeda. Kalau kita ngomongin apa yang
kita inginkan berkali-kali, memang mungkin akan menempel
di ingatan, tapi kalau kita menuliskannya, kita akan lebih
merasa bertanggung jawab dengan apa yang jadi tujuan
kita. Tuliskan apa yang jadi keinginan kita di atas kertas
dengan pena, seperti kita menuliskan buku harian kita,
selayaknya kita mencatat tugas waktu sekolah, selayaknya
kita melakukan sesi journaling.
Perbedaannya akan terasa berbeda jika menuliskan apa yang
kita inginkan dengan mengetik di smartphone atau laptop,
dengan menuliskannya langsung di atas kertas. Mimpi kita
akan terasa lebih nyata, dan akan lebih kebayang. Kita bisa
lebih berkomitmen juga dengan apa yang kita tuliskan.
Setelah kita menuliskan tujuan kita di atas kertas, kemudian,
buat tulisan itu bisa dilihat dimana saja. Kita bisa tempelkan
di mobil, di meja kerja kita, atau di cermin kamar mandi kita,
di sisi manapun di rumah kita.
Kita juga bisa mengetik di notes smartphone kita dan
menaruhnya sebagai wallpaper, yang intinya adalah setiap
kita melihat tempat atau hal-hal yang sering kita datangi,
goal tersebut akan selalu ada di depan kita.
Kalau kita sedikit lupa, kita bisa ‘diingatkan’ lagi oleh goal
yang kita bikin sendiri. Mempertahankan tujuan kita di tempat
yang dapat kita lihat akan membuat kita tetap pada jalur dan
termotivasi.